MAKALAH
PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN PERBAUATAN TUHAN DAN PERBUATAN
MANUSIA
Dosen Pembimbing.
Drs. Moh. Munir Anshari

Oleh:
Kawakib
FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYAH
(AS)
INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL
JADID
POITON PROBOLINGGO
2011
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن
الرحيم
الحمدالله رب العالمين والصلا ة والسلام على اشرف المرسلين سيدنا
محمدوعلى اله وصحبه اجمعين. اما بعد.
Piji syukur ke hadirat allah, karena berkat rahmat dan
hidayah-Ny kami dapat bisa menyusun dan menyelesaikan tugas mata kuliah yang berjudil
masalah mursalah ini.
Makalah ini bisa terselesaikan berkat upaya serta
partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak
terimah kasih yang sebesar-besarnya kapada guru pembimbing bapak. Yang telah
memberikan pengarahan tentang cara membuat makalah ini sehingga kami bisa
terselesaikan kengan baik.
Dengan makalah yang
kami susun ini pasti terdapat banyak kesalahan dan kejurangan, oleh
karena itu segala keritik dan saran yang bersifat perbaikan dan kemaslahatan
akan kami terima denga senang hati dan terbuka di iringi dengan ucapan terimah
kasih yang sebesar-besarnya.
Harapan penulis mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan
dapat di mengerti
Poiton 13 Juni 2011
Penulis.
Kawakib
DAFTAR ISI
Halaman Sampul……………………………………....................................................................i
Kata Pengantar………………………………………..................................................................ii
DaftarIsi……………………………………………...................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
BAB I PEMBAHANSAN...........................................................................................................2
A.
Perbuatan Tuahan................................................................................................................2
1.
Aliran Mu’tazilahh......................................................................................................2
2.
Aliran Asy’ariyah........................................................................................................3
3.
Aliran Maturidiyah....................................................................................................4
B.
ALIRANA MANUSIA..........................................................................................................4
1.
Aliran Jabariyah...........................................................................................................4
2.
Aliran Qodariyah..........................................................................................................5
3.
Aliran Mu’tazilah........................................................................................................5
4.
Aliran asy’ariyah........................................................................................................6
5.
Aliran maturidiyah....................................................................................................7
BAB II PENUTU…………………………………………………………................................8
A.
Kesimpulan……………………………………………………………................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Persoalan kalam
lain yang menjadi bahan perdebatan diantara aliran-aliran kalam adalah masalah
perbuatan tuhan dan perbuatan manusia. Masalah ini muncul sebagai bentuk dari
perdebatan ulama’ kalam mngenai iman. Ketika sibuk menyoroti siapa yang masih
dianggap beriman dan asiapa yang kafir di antra pelaku tahkim, para ulama’
kalam kemudian mencari jawaban atasa pertanyaannya siapa yang sebenarnya yang mengeluarkan perbuatan
manusia , apaka allah sendiri? Atau manusia sendiri? Atau kerja sama antara
keduanya.
Masalah ini
kemudian memunculkan aliran kalam fatalis(predestination) yang
diwakilkan oleh qodariyah dan free will yang di wakili Qodariyah
dan Mu’tazilah, sedangkan aliran Asy’ariyah dan maturidiyah mengambil
sikap pertengahan. Persoalan ini kemudian meluas lagi dengan mempermasalahkan
apakah tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu atau tidak? Apakah perbuatan
tuhan itu tidak terbatas pada hal-hal yang baik-baik saja, ataukah perbuatan
tuhan itu terbatas pada hal-hal yang baik-baik saja, tetapi juga mencakup
kepada hal-hal yang buruk?.
Maka dari itu makalah
ini akan menyikap tentang masalah perbedaan pendapat para ulama’ kalam tentang
perbuatan tuhan dan perbuatan manusia. Dan kami ,emyikapi dari beberapa latar
belakang dari aliran-aliran tersebut dengan beberapa permasalahan.
B.
RUMUSAN MASALAH
Untuk menikapi
dari beberapa latar belakang yang telah kami sampaikan di atas. Maka kami bisa mengambil rumusan masalah sebagai
berukut.
1.
Uhug
2.
Kjh
3.
Jhl
4.
bjb
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbutan Tuhan
Semua aliran
dalam pemekiran kalam berpandangan Bahwa Tuhan melakukan perbuatn. Perbuatan
disini dipandanh konsekuensi logis dari dzat yang memiliki kemampuan untuk
melakukannya.
1.
Aliran Mu’tazilah.
Murut Aliran Mu’tazilah sebabai aliran kalam yang bercorak
rasional, perpendapat bahwa perbuatan tuhan hanya terbatasa pada hal-ha yang
yang dikatakan baik. Namun semua ini tidak berarti bahwa tuhan tidak mampu
malakukan perbuatan baik. Tidak melakukan perbuatan buruk karena aia mengetahui
keburukan dari perbuatan buruk itu. Di dalam Al-Quran pun sudah jelasdikatakan
bahwa tuhan tidaklah berbuat zalim[1].
Surat Al- Ambiya (21): 23
w
ã@t«ó¡ç $¬Hxå ã@yèøÿt öNèdur cqè=t«ó¡ç
Artinya (dia tidak ditanykan tentang apa yang
diperbuat-Nya, dan mereka yang akan ditaya)
Dan surat Ar-Rum
(30): 8,
$¨B t,n=y{ ª!$# ÏNºuq»uK¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur !$yJåks]øt/ wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 9@y_r&ur wK|¡B 3
Artinya: (allah tidak akan menjadikan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Maelainkan dengan tujuan yang
benar )
Faham kewjiban
tuhan berbuat baik, bahkan yang terbaik (ash-shalah waal-ashlah) mengongsekwensikan
aliran mu’tazilah memunculkan faham kewajiban allah berikut ini.
a. Kewajiban tidak
memberikan di luar kemampuan manusia. Memberi beban di luar kemampuan manusia (ta’klif ma layuta’) adalah bertentangan
paham berbuat baik dan buruk. Hal
ini bwrtentangan dengan faham mereka tentang keadilan tuhan. Tuhan akan
bersifat tidak adil kalau ia memberi beban yang terlalu beratkepada manusia.[2])
b. Kewajiban mengirimkan
rosul
Bagi aliran
mu’tazilah, dengan kepercayaan bahwa akal dapat mengetahui hal-hal gaib.
Pengiriman rosul tidaklah begitu penting namun mereka memasukkan pengiriman
rosul kepada anak manusia menjadi salah satu kewajiban tuhan .
c. kewajiban menepati
janji (Al-Wa’d) dan ancaman (Al-Wa’id)
janji dan ancaman merupakan
salah satu dari lima dasar kepercayaan aliran mu’tazilah. Hal ini erat
hubungannya dengan dasar keduanya yaitu keadilan.
2. Aliran Asy’ariyah
Menurut
aliran asy’ariyah paham kewajiban tuhan berbuat baik dan terbaik bagi manusia (ash
sholah wa al-ashlah) sebagaimana yang dikatakan aliran Mu’tazilah tidak dapat diterima
karena bertentangan dengan faham kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan. Hal ini
di tegaskan oleh Al-Ghazali mengatakan bahwa tuhan tidak berkewajiban berbuat
baik dan terbaik bagi manusia.
Dengan demikian, Aliran asy’ari tidak menerima faham
tuhan mempunyai kewajiban. Sedangkan tuhan dapat membuat sekehendak hati-Nya
terhadap mahluk. Sebagai mana dikatakan al-Ghazali perbuatan-perbyatan
tuhan bersifat (ja’iz) dan tidak satupun darinya yang mempunyai saifat
wajib. Karena percaya kepada kekuasaan mutlak tuhan dan berpendapat bahwa tuhan
tidak mempunyai kewajiban apa-apa, aliran asy’ariayah menerima faham pemberian
beban terhadap manusia di luar kemampuannya, Al-Asy’ari sendiri, dengan
tegas mengatakan dalam Al-luma, bahwa tuhan dapat meletakkan beban yang
tak dapat dipikul pada manusia. Al-ghazali pun mengatakan hal ini dalam Al-Iqtisad.[3]
Dengan interpretasi demikian, al-asyari mengatasi
persoalan wajibnya tuhan menempati janji dan menjalankan ancamannya.
3. Aliran Maturidiyah
Menurut pandangan aliran maturidiyah mengenai perbutan Allah ini, terdapat perbedaan pandangan antara lain:
a. maturidiyah
semarkad
berpendapat memberikan batas
pada akekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, mereka berpandapat bahwa perbuatan
tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja. Sebaliknya juga Maturidiyah samarkand
mengambil posisi yang dekat dengan Mu’tazilah. Menurut Syrah
Al-fiq Al-Akbar. Al-maturidi tidak setuju dengan aliran asy’ariyah.
b. maturidiyah
bukhara’
berpendapat dan mempunyai pandangan yang sama dengan aliran Asy’Ariyah mengenai faham bahwa tuhan tidak mempunyai
kewajiban. Namun sebagai mana dijelaskan oleh badzawi. Tuhan pasti menempti
janji-Nya seperti memberi upah kepada orang yang baik.
Adapun mengenai pengiriman Rosul, aliran
maturidiyah golongan bukhora’ sesuwai dengan faham mereka tentang kekuasaan dan
kehendak tuhan yang mutlak, mempunyai faham yang sama dengan aliran Asy’ariyah.
B.
Perbuatan Manusia
Masalah
perbuatan manusia bermula dari pembahasan sederhana yang di lakukan oleh
kelompok Jabariyah (pengikut Ja’d bin Dirham jahm shafwan) dan kelompok
qodariyah (pengikuat ma’bad al-juhani dan ghailan ad-dimsyaqi) yang kemudian
dilanjutkan dengan pembahasan yang lebih mendalam oleh aliran Mu’tazilah, Asy’ariyah
dan Maturidiyah.
Akar
permasalahan perbuatan manusia adalah bahwa tuhan pencipta alam semesta
termasuk didalamnya manusia sendiri. Tuhan bersifat maha kuasa dan mempunyai
kehendak yang mutlak.
1. Aliran
Jabariayah
Tampaknya
ada perbedaan pandangan antara Jabariah yang Ekstrim dengan Jabariyah Moderat masalah
perbuatan manusia. Jabariah ekstrim berpendapat bahwa segala perbuatan manusia
bukan merupakan perbuatan atas dirinya.
Jabariah Moderad
mengatakan bahwa tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat
maupun perbuatan baik. Tetapi manusia mempunyai peranan di dalamnya dan tenaga
yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untik mewujudkan perbuatannya.
2. Aliran Qodariyah.
Mengatakan
segalah tinhkah laku manusia dilakukan oleh kehendaknya sendiri. Manusia
mempunyai kewenangan untuk melakukan segla perbuatannya atas perbuatan
sendirinya baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Karena itu ia berhak
mendapatkan pahala atas kebaikannya yang di lakukan dan juag berhak pula
memperoleh hukuman atas kejahatan yang dipebuat.
Aliran Qodariyah
perpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat menyandaarkan segala perbuatan
manusia kepada perbuatan tuan . doktrin-dokrin ini mempunyai tempat pinjakan
dalam dokrin islam sendiri. Ayat al-quran yang mengandung pendapat ini misalnya
Adapun dalam faham qodariyah, takdir itu adalah
ketentuwan tuhan yang diciptakan-Nya uantuk alam semesta beserta seluruh
isinya, semenjak ajal, yaitu hokum yang dalm istilah Al-Quran adalah sunnatullah.[4]
`yJsù
uä!$x©
`ÏB÷sãù=sù
ÆtBur
uä!$x©
öàÿõ3uù=sù
4
Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir".
Dan Surat
Ali Imron menegaskan. 3: 165
!$£Js9urr&
Nä3÷Gu;»|¹r& ×pt7ÅÁB ôs% Läêö6|¹r& $pkön=÷VÏiB ÷Läêù=è% 4¯Tr& #x»yd (
ö@è% uqèd ô`ÏB ÏYÏã öNä3Å¡àÿRr& 3 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs%
165. Dan Mengapa ketika kamu
ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan
dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata:
"Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu. (Q.S.Ali Imra. 3:165)
Dalam surat
Annisa :4. 111 disebutkan
`tBur ó=Å¡õ3t $VJøOÎ) $yJ¯RÎ*sù ¼çmç7Å¡õ3t 4n?tã ¾ÏmÅ¡øÿtR 4
Artinya: “barang
siapa melakkukan dosa, sesungguhnya ia melakukannnya untuk merugikan dirinya
sendiri ”
Dan dlam
Surat Q.S. Ar-rad: 13:11
cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/
Artinya: “sesungguhnya allah tidak mengugubah
keadaan suatu banggsa, kecuali maereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
3.
Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah
memandang manusia mempunyai daya yang besar dan bebas. Oleh karena itu, Mu’tazilah
menganut faham Qodariyah atau fre will. Menurut Al-jubai Abd Al-Jabbra.
Manusia yang menciptakan
pearbuatan-perbuatannya. Kepatuhan dan ketaatan kepada tuhan adalah atas
kehendak dan kemauannya saendiri. Daya (Al-Isti’ah)untuk mewujutkan
kehendak terdapat dalam diri manusia sebelum adanya perbuatan[5]
Dengan faham inialiran mu’tazilah mengaku tuhan
sebagai pencipta awal, sedangkan manusia berperang sebagai pihak yang berkreasi
untuk mengubah bentuknya.
Untuk membela
fahamnya, aliran mu’tazilah mengungkapkan firman Allah di dalam Al-Quran Surat As-Sajadah
ayat: 32.7
.
üÏ%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz (
r&yt/ur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ
Artinya “yang membuat segala
sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya”.
Di samping
argumentasinya naqliyah di atas aliaran mu’tazilah mengemukakan argumentasi
rasiaonal sebagai berikut:
a.
Kalau allah menciptakan perbuatan manusia, sedangkan manusia saendiri
tidak mempunyai perbuatan, batallah taklif syari.
b.
Kalua manusia tidak bebas untuk melakukan
perbuatannya, runtulah tiori pahala dan hukuman yang muncul dari konsep faham
Al-wa’d wa al-id’ (janji dan ancaman)
c.
Kalau manusia tidak mempunyai kebebasan dan pilihan, pengutusan para
nabi tidak ada gunanya sama sekali.
4.
Aliran
Asy’ariah
Dalam paham Asy’ari,
manusia ditempatkan pada posisi yang lemah, ia diibaratkan anak kecil yang
tidak mempunyai pilihan dalam hidupnya.oleh karena itu, aliran ini lebih dekat
dengan faham Jabariyahdari pada faham Mu’ta’zilah[6]
Argumen yang ditujukan oleh Al-Asy’ari untuk
membela keyakinannya adalah firman Allah Surat
Ash Shaaffat ayat: 37dan.96
ö@t/ uä!%y` Èd,ptø:$$Î/ s-£|¹ur tûüÎ=yößJø9$#
Artinya: Sebenarnya dia (Muhammad) Telah datang
membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya).
ª!$#ur ö/ä3s)n=s{ $tBur tbqè=yJ÷ès?
Artinya: “tuhan menciptakan kamu da n a pa yang kamu perbuat”
Wa ma
ta’malun pada ayat di atas diartikan al-asy’ari dengan apa yang kamu perbuat dan bukan
apa kamu yang kamu buat. Dengan
demikian, ayat ini ,engandung arti allah menciptakan kamu dan perbuatan-perbuatanmu,
dengan kata lain, dalam faham asy’ari yang meyuujudkan kasb atau perbuatan
manusia sebenarnya adalah tuhan.
Pada prinsipnya
aliran Al-Asy’ariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan allah,
sedangkan daya manusia tidak mempuyai efek untuk mewujutkannya. Allah menciptakan perbuatan manusia dan mencipatakan pula pada manusia
daya untuk melahirkan perbuatan tersebut. Jadi, jadi perbuatan disini ciptaan
allah dan merupakan kasb (perolehan) bagi manusia.
5.
Aliran Maturidiyah
Ada perbedaan
antara maturidiyah Samarkand dan maturidiyah Bukhara mengenai
perbuatan manusia. Lelompok pertama lebih dekat dengan faham Mu’tazilah,
sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan aliran Asy’ariyah.
Kehendak dan daya
perbuat diri manusia, menurut Maturidiyah
Samarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam arti kata sebenarnya,
dan bukan dalam arti kiasan[7]).
Perbedaannya dengan Mu’tazilah adalah bahwa daya untuk berbuat tidak
diciptakan sebenarnya tetapi bersama-sama dengan perbuatannya. Dan yang
demikian porsinya lebih kecil dari pada day yang terdapat dalam faham Mu’tazilah.
Oleh karena itu, manusia dalam faham Al-maturidi, tidaklah sebebas manusia
dalam Mu’tazilah
Maturidiyah
Bukhara banyak dalam hal sependapat dengan Maturidiyah Samarkand.
Hanya saja golongan ini memberikan tambahan dlalam masalah daya. Menurutnya
untuk perwujudan perbuatan, perlu ada dua daya. Hanya tuhanlah yang dapat
menciptakan, dan manusia hanya dapat melakukan perbuatan yang telah diciptakan
tuhan baginya.[8])
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Dari beberapa
urain diatas dapat disimpulkan bahwa setiap aliran yang mengenai tentang
perbuatan tuhan dan perbuatan manusia ada beberapa fahan alirang yang tidak
sama argumentasinya semua aliran mersa benar dan mempunyai dalil yang kuat utuk
menguatkan keyakinannya. Akantetapi dibalik itu semua ada beberapa hikmah yang
bisa diambil yang tidak bisa kasap mata
tentang keyakinan dan keimanan manusia.
Hal itu semua
hanya tuhan yang dapat mengetuhi dan kebenaran setiap faham. Perbedaan semua
ummat nabi Muhammad Rahmatal lil alamin. Dan kita bisa mengambil kesimpulan ini
dengan kebenaran yang hakiki yang bisa diterima akal dan rasional.
Mingkin hanya
ini yang bisa kami bisa simpulkan apa bila ada kekurangan dan kesalahan kami
mohon mamf karna kami hanya manusia yang
memounya sifat salah dan kekurangan dengan ini kami akhiri wassalmualaiku War
Wob.
DAFTAR PUSTAKA
Ø M. Yusuf, Alam
Pikiran Islam: Pemikiran Kalam, Perkasa
Jakarta, 1990, hlm. 89
Ø Harun Nasution, Teologi
Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. UI press, kakarta,
1986, hlm. 126
Ø Harun nasution, Encyclopedi
islam Indonesia.
Djambatan, Jakarta,
1992,hlm. 522.