Kamis, 31 Mei 2012

ilmu kalam tentang aliran-aliran


MAKALAH

PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN PERBAUATAN TUHAN DAN PERBUATAN MANUSIA

Dosen Pembimbing.
Drs. Moh. Munir Anshari








                           





Oleh:

Kawakib


FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYAH (AS)
INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL JADID
POITON PROBOLINGGO
2011


KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدالله رب العالمين والصلا ة والسلام على اشرف المرسلين سيدنا محمدوعلى اله وصحبه اجمعين. اما بعد.

Piji syukur ke hadirat allah, karena berkat rahmat dan hidayah-Ny kami dapat bisa menyusun dan menyelesaikan tugas mata kuliah yang berjudil masalah mursalah ini.
Makalah ini bisa terselesaikan berkat upaya serta partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terimah kasih yang sebesar-besarnya kapada guru pembimbing bapak. Yang telah memberikan pengarahan tentang cara membuat makalah ini sehingga kami bisa terselesaikan kengan baik.
Dengan makalah yang  kami susun ini pasti terdapat banyak kesalahan dan kejurangan, oleh karena itu segala keritik dan saran yang bersifat perbaikan dan kemaslahatan akan kami terima denga senang hati dan terbuka di iringi dengan ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya.
Harapan penulis mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan dapat di mengerti









         Poiton 13 Juni 2011

         Penulis.


         Kawakib
         








DAFTAR ISI

     Halaman Sampul……………………………………....................................................................i
     Kata Pengantar………………………………………..................................................................ii
     DaftarIsi……………………………………………...................................................................iii
     BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
     BAB I PEMBAHANSAN...........................................................................................................2
A.         Perbuatan Tuahan................................................................................................................2
1.             Aliran Mu’tazilahh......................................................................................................2
2.             Aliran Asy’ariyah........................................................................................................3
3.              Aliran Maturidiyah....................................................................................................4
B.         ALIRANA MANUSIA..........................................................................................................4
1.             Aliran Jabariyah...........................................................................................................4
2.             Aliran Qodariyah..........................................................................................................5
3.             Aliran Mu’tazilah........................................................................................................5
4.             Aliran asy’ariyah........................................................................................................6
5.             Aliran maturidiyah....................................................................................................7           
BAB II PENUTU…………………………………………………………................................8
A.      Kesimpulan……………………………………………………………................................8
DAFTAR PUSTAKA















BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Persoalan kalam lain yang menjadi bahan perdebatan diantara aliran-aliran kalam adalah masalah perbuatan tuhan dan perbuatan manusia. Masalah ini muncul sebagai bentuk dari perdebatan ulama’ kalam mngenai iman. Ketika sibuk menyoroti siapa yang masih dianggap beriman dan asiapa yang kafir di antra pelaku tahkim, para ulama’ kalam kemudian mencari jawaban atasa pertanyaannya  siapa yang sebenarnya yang mengeluarkan perbuatan manusia , apaka allah sendiri? Atau manusia sendiri? Atau kerja sama antara keduanya.
Masalah ini kemudian memunculkan aliran kalam fatalis(predestination) yang diwakilkan oleh qodariyah dan free will yang di wakili Qodariyah dan Mu’tazilah, sedangkan aliran Asy’ariyah dan maturidiyah mengambil sikap pertengahan. Persoalan ini kemudian meluas lagi dengan mempermasalahkan apakah tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu atau tidak? Apakah perbuatan tuhan itu tidak terbatas pada hal-hal yang baik-baik saja, ataukah perbuatan tuhan itu terbatas pada hal-hal yang baik-baik saja, tetapi juga mencakup kepada hal-hal yang buruk?.
Maka dari itu makalah ini akan menyikap tentang masalah perbedaan pendapat para ulama’ kalam tentang perbuatan tuhan dan perbuatan manusia. Dan kami ,emyikapi dari beberapa latar belakang dari aliran-aliran tersebut dengan beberapa permasalahan.

B.     RUMUSAN MASALAH
Untuk menikapi dari beberapa latar belakang yang telah kami sampaikan di atas. Maka  kami bisa mengambil rumusan masalah sebagai berukut.
1.         Uhug
2.         Kjh
3.         Jhl
4.         bjb
          







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perbutan Tuhan

Semua aliran dalam pemekiran kalam berpandangan Bahwa Tuhan melakukan perbuatn. Perbuatan disini dipandanh konsekuensi logis dari dzat yang memiliki kemampuan untuk melakukannya.

1.       Aliran Mu’tazilah.
        Murut Aliran Mu’tazilah sebabai aliran kalam yang bercorak rasional, perpendapat bahwa perbuatan tuhan hanya terbatasa pada hal-ha yang yang dikatakan baik. Namun semua ini tidak berarti bahwa tuhan tidak mampu malakukan perbuatan baik. Tidak melakukan perbuatan buruk karena aia mengetahui keburukan dari perbuatan buruk itu. Di dalam Al-Quran pun sudah jelasdikatakan bahwa tuhan tidaklah berbuat zalim[1].
Surat Al- Ambiya (21): 23
Ÿw ã@t«ó¡ç $¬Hxå ã@yèøÿtƒ öNèdur šcqè=t«ó¡ç
Artinya (dia tidak ditanykan tentang apa yang diperbuat-Nya, dan mereka yang akan ditaya)  

Dan surat Ar-Rum (30): 8,
$¨B t,n=y{ ª!$# ÏNºuq»uK¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur !$yJåks]øŠt/ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 9@y_r&ur wK|¡B 3
Artinya: (allah tidak akan menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Maelainkan dengan tujuan yang benar )

Faham kewjiban tuhan berbuat baik, bahkan yang terbaik (ash-shalah waal-ashlah) mengongsekwensikan aliran mu’tazilah memunculkan faham kewajiban allah berikut ini.
a.      Kewajiban tidak memberikan di luar kemampuan manusia.  Memberi beban di luar kemampuan manusia  (ta’klif ma layuta’) adalah bertentangan paham berbuat baik dan buruk. Hal ini bwrtentangan dengan faham mereka tentang keadilan tuhan. Tuhan akan bersifat tidak adil kalau ia memberi beban yang terlalu beratkepada manusia.[2])


b.      Kewajiban mengirimkan rosul
Bagi aliran mu’tazilah, dengan kepercayaan bahwa akal dapat mengetahui hal-hal gaib. Pengiriman rosul tidaklah begitu penting namun mereka memasukkan pengiriman rosul kepada anak manusia menjadi salah satu kewajiban tuhan .
c.       kewajiban menepati janji (Al-Wa’d) dan ancaman (Al-Wa’id)
janji dan ancaman merupakan salah satu dari lima dasar kepercayaan aliran mu’tazilah. Hal ini erat hubungannya dengan dasar keduanya yaitu keadilan.

2.    Aliran Asy’ariyah
Menurut aliran asy’ariyah paham kewajiban tuhan berbuat baik dan terbaik bagi manusia (ash sholah wa al-ashlah) sebagaimana yang dikatakan  aliran Mu’tazilah tidak dapat diterima karena bertentangan dengan faham kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan. Hal ini di tegaskan oleh Al-Ghazali mengatakan bahwa tuhan tidak berkewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia.
Dengan demikian, Aliran asy’ari tidak menerima faham tuhan mempunyai kewajiban. Sedangkan tuhan dapat membuat sekehendak hati-Nya terhadap mahluk. Sebagai mana dikatakan al-Ghazali perbuatan-perbyatan tuhan bersifat (ja’iz) dan tidak satupun darinya yang mempunyai saifat wajib. Karena percaya kepada kekuasaan mutlak tuhan dan berpendapat bahwa tuhan tidak mempunyai kewajiban apa-apa, aliran asy’ariayah menerima faham pemberian beban terhadap manusia di luar kemampuannya, Al-Asy’ari sendiri, dengan tegas mengatakan dalam Al-luma, bahwa tuhan dapat meletakkan beban yang tak dapat dipikul pada manusia. Al-ghazali pun mengatakan hal ini dalam Al-Iqtisad.[3]
Dengan interpretasi demikian, al-asyari mengatasi persoalan wajibnya tuhan menempati janji dan menjalankan ancamannya.
               
3.     Aliran Maturidiyah
Menurut pandangan aliran maturidiyah mengenai perbutan Allah ini, terdapat perbedaan pandangan antara lain:
a.       maturidiyah semarkad
berpendapat memberikan batas pada  akekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, mereka berpandapat bahwa perbuatan tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja. Sebaliknya juga Maturidiyah samarkand mengambil posisi yang dekat dengan Mu’tazilah. Menurut Syrah Al-fiq  Al-Akbar. Al-maturidi  tidak setuju dengan aliran asy’ariyah.     
b.      maturidiyah bukhara’
 berpendapat dan mempunyai pandangan yang sama dengan aliran Asy’Ariyah  mengenai faham bahwa tuhan tidak mempunyai kewajiban. Namun sebagai mana dijelaskan oleh badzawi. Tuhan pasti menempti janji-Nya seperti memberi upah kepada orang yang baik.

Adapun mengenai pengiriman Rosul, aliran maturidiyah golongan bukhora’ sesuwai dengan faham mereka tentang kekuasaan dan kehendak tuhan yang mutlak, mempunyai faham yang sama dengan aliran Asy’ariyah.

B.       Perbuatan Manusia
Masalah perbuatan manusia bermula dari pembahasan sederhana yang di lakukan oleh kelompok Jabariyah (pengikut Ja’d bin Dirham jahm shafwan) dan kelompok qodariyah (pengikuat ma’bad al-juhani dan ghailan ad-dimsyaqi) yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan yang lebih mendalam oleh aliran Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah.
Akar permasalahan perbuatan manusia adalah bahwa tuhan pencipta alam semesta termasuk didalamnya manusia sendiri. Tuhan bersifat maha kuasa dan mempunyai kehendak yang mutlak.

1.    Aliran Jabariayah
Tampaknya ada perbedaan pandangan antara Jabariah yang Ekstrim    dengan Jabariyah Moderat masalah perbuatan manusia. Jabariah ekstrim berpendapat bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan atas dirinya. 
Jabariah Moderad mengatakan bahwa tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik. Tetapi manusia mempunyai peranan di dalamnya dan tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untik mewujudkan perbuatannya.

2.       Aliran Qodariyah.
Mengatakan segalah tinhkah laku manusia dilakukan oleh kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segla perbuatannya atas perbuatan sendirinya baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Karena itu ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikannya yang di lakukan dan juag berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang dipebuat.
Aliran Qodariyah perpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat menyandaarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan tuan . doktrin-dokrin ini mempunyai tempat pinjakan dalam dokrin islam sendiri. Ayat al-quran yang mengandung pendapat ini misalnya
Adapun dalam faham qodariyah, takdir itu adalah ketentuwan tuhan yang diciptakan-Nya uantuk alam semesta beserta seluruh isinya, semenjak ajal, yaitu hokum yang dalm istilah Al-Quran adalah sunnatullah.[4] 

 `yJsù uä!$x© `ÏB÷sãù=sù ÆtBur uä!$x© öàÿõ3uù=sù 4
Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir".

Dan Surat Ali Imron menegaskan. 3: 165
!$£Js9urr& Nä3÷Gu;»|¹r& ×pt7ŠÅÁB ôs% Läêö6|¹r& $pköŽn=÷VÏiB ÷Läêù=è% 4¯Tr& #x»yd (
ö@è% uqèd ô`ÏB ÏYÏã öNä3Å¡àÿRr& 3 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs%
165.  Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.  (Q.S.Ali Imra. 3:165)

Dalam surat Annisa :4. 111 disebutkan
`tBur ó=Å¡õ3tƒ $VJøOÎ) $yJ¯RÎ*sù ¼çmç7Å¡õ3tƒ 4n?tã ¾ÏmÅ¡øÿtR 4
Artinya: “barang siapa melakkukan dosa, sesungguhnya ia melakukannnya untuk merugikan dirinya sendiri 

Dan dlam Surat Q.S. Ar-rad: 13:11
žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/
Artinya: “sesungguhnya allah tidak mengugubah keadaan suatu banggsa, kecuali maereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”







3.         Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah memandang manusia mempunyai daya yang besar dan bebas. Oleh karena itu, Mu’tazilah menganut faham Qodariyah atau fre will. Menurut Al-jubai Abd Al-Jabbra. Manusia yang  menciptakan pearbuatan-perbuatannya. Kepatuhan dan ketaatan kepada tuhan adalah atas kehendak dan kemauannya saendiri. Daya (Al-Isti’ah)untuk mewujutkan kehendak terdapat dalam diri manusia sebelum adanya perbuatan[5]
Dengan  faham inialiran mu’tazilah mengaku tuhan sebagai pencipta awal, sedangkan manusia berperang sebagai pihak yang berkreasi untuk mengubah bentuknya.
Untuk membela fahamnya, aliran mu’tazilah mengungkapkan firman Allah di dalam Al-Quran Surat As-Sajadah ayat: 32.7
.
üÏ%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz ( r&yt/ur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ 
Artinya “yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya”.  

Di samping argumentasinya naqliyah di atas aliaran mu’tazilah mengemukakan argumentasi rasiaonal sebagai berikut:
a.         Kalau allah menciptakan perbuatan manusia, sedangkan manusia saendiri tidak mempunyai perbuatan, batallah taklif syari.
b.        Kalua manusia tidak bebas untuk melakukan perbuatannya, runtulah tiori pahala dan hukuman yang muncul dari konsep faham Al-wa’d wa al-id’ (janji dan ancaman)
c.         Kalau manusia tidak mempunyai kebebasan dan pilihan, pengutusan para nabi tidak ada gunanya sama sekali.  
   
4.            Aliran Asy’ariah
Dalam paham Asy’ari, manusia ditempatkan pada posisi yang lemah, ia diibaratkan anak kecil yang tidak mempunyai pilihan dalam hidupnya.oleh karena itu, aliran ini lebih dekat dengan faham Jabariyahdari pada faham Mu’ta’zilah[6]
Argumen yang ditujukan oleh Al-Asy’ari untuk membela keyakinannya adalah firman Allah Surat Ash Shaaffat ayat: 37dan.96


ö@t/ uä!%y` Èd,ptø:$$Î/ s-£|¹ur tûüÎ=yößJø9$#
Artinya: Sebenarnya dia (Muhammad) Telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya).
ª!$#ur ö/ä3s)n=s{ $tBur tbqè=yJ÷ès?
Artinya: “tuhan menciptakan kamu da n  a pa yang kamu perbuat”
Wa ma ta’malun pada ayat di atas diartikan al-asy’ari dengan apa yang kamu perbuat dan bukan apa  kamu yang kamu buat. Dengan demikian, ayat ini ,engandung arti allah menciptakan kamu dan perbuatan-perbuatanmu, dengan kata lain, dalam faham asy’ari yang meyuujudkan kasb atau perbuatan manusia sebenarnya adalah tuhan.
Pada prinsipnya aliran Al-Asy’ariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan allah, sedangkan daya manusia tidak mempuyai efek untuk mewujutkannya. Allah menciptakan perbuatan manusia dan mencipatakan pula pada manusia daya untuk melahirkan perbuatan tersebut. Jadi, jadi perbuatan disini ciptaan allah dan merupakan kasb (perolehan) bagi manusia.

5.         Aliran Maturidiyah
Ada perbedaan antara maturidiyah Samarkand dan maturidiyah Bukhara mengenai perbuatan manusia. Lelompok pertama lebih dekat dengan faham Mu’tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan aliran Asy’ariyah.
Kehendak dan daya perbuat diri manusia, menurut  Maturidiyah Samarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam arti kata sebenarnya, dan bukan dalam arti kiasan[7]). Perbedaannya dengan Mu’tazilah adalah bahwa daya untuk berbuat tidak diciptakan sebenarnya tetapi bersama-sama dengan perbuatannya. Dan yang demikian porsinya lebih kecil dari pada day yang terdapat dalam faham Mu’tazilah. Oleh karena itu, manusia dalam faham Al-maturidi, tidaklah sebebas manusia dalam Mu’tazilah
Maturidiyah Bukhara banyak dalam hal sependapat dengan Maturidiyah Samarkand. Hanya saja golongan ini memberikan tambahan dlalam masalah daya. Menurutnya untuk perwujudan perbuatan, perlu ada dua daya. Hanya tuhanlah yang dapat menciptakan, dan manusia hanya dapat melakukan perbuatan yang telah diciptakan tuhan baginya.[8])  


BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Dari beberapa urain diatas dapat disimpulkan bahwa setiap aliran yang mengenai tentang perbuatan tuhan dan perbuatan manusia ada beberapa fahan alirang yang tidak sama argumentasinya semua aliran mersa benar dan mempunyai dalil yang kuat utuk menguatkan keyakinannya. Akantetapi dibalik itu semua ada beberapa hikmah yang bisa diambil yang tidak bisa  kasap mata tentang keyakinan dan keimanan manusia.
Hal itu semua hanya tuhan yang dapat mengetuhi dan kebenaran setiap faham. Perbedaan semua ummat nabi Muhammad Rahmatal lil alamin. Dan kita bisa mengambil kesimpulan ini dengan kebenaran yang hakiki yang bisa diterima akal dan rasional.
Mingkin hanya ini yang bisa kami bisa simpulkan apa bila ada kekurangan dan kesalahan kami mohon mamf  karna kami hanya manusia yang memounya sifat salah dan kekurangan dengan ini kami akhiri wassalmualaiku War Wob.     





         















DAFTAR PUSTAKA

Ø  M. Yusuf, Alam Pikiran Islam: Pemikiran Kalam, Perkasa  Jakarta, 1990, hlm. 89  
Ø  Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. UI press, kakarta, 1986, hlm. 126
Ø  Harun nasution, Encyclopedi islam Indonesia. Djambatan, Jakarta, 1992,hlm. 522.
  


[1][1]  M. yunus, Alam fikiran Islam:pemikiran kalam, perkasa Jakarta, 1990, hlm.89 
[2]  Haru Nasution Teolog Islam, aliran –Aliran Sejarah Analisa Perkembangan,UI pres,      Jakarta, 1985, hlm, 129   
[3] Ibd. Hlm 1.
[4]  Yusuf, op cip hlm.25.
[5]  Nasution, teologi………hlm. 102
[6]  Nasution, tteologi…….hlm. 106
[7])  Nasution teologi…..hlm. 112
[8]) Ibid., hlmn114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar